Memaknai Hari Kartini dengan Hati


Assalammualaikum sahabat dakwah, untuk memperingati hari Kartini dan untuk menghargai seluruh Kartini-Kartini hebat kami sajikan artikel “Memaknai Hari Kartini dengan hati”. Semoga bermanfaat yah^^.

"Kyai, selama hidupku baru kali inilah aku sempat mengerti makna dan arti surat pertama, dan induk Al-Quran yang isinya begitu indah menggetarkan sanubariku. Maka bukan buatan rasa syukur hati aku kepada Allah, namun aku heran tak habis-habisnya, mengapa selama ini para ulama kita melarang keras penerjemahan dan penafsiran Al-Quran dalam bahasa Jawa. Bukankah Al-Quran itu justru kitab pimpinan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia?" Perbicangan kartini dengan Kyai Sholeh.. (pada saat itu Kartini berada dalam proses dari kegelapan menuju cahaya. Namun cahaya itu belum purna menyinarinya secara terang benderang, karena terhalang oleh tabir tradisi dan usaha westernisasi. Kartini ingin menjadi Muslimah sejati..tidak hanya sekedar belajar membaca al-qur’an . Kartini ingin tahu arti dan makna dari ayat2 al-qur’an yg di bacanya. Waktu itu Belanda membolehkan pengajaran Al-Qur'an dengan syarat tidak diterjemahkan. Tentu Belanda tahu, jika orang paham terjemah Al-Qur'an maka akan sangat berbahaya khusunya tuk kedaulatan Belanda di tanah Jawa).
Kartini telah menunjukkan sebuah kehausan dan kerinduan pada cahaya Islam, dari keingintahuannya itulah akhirnya kartini memperoleh jalan. Suatu hari Kartini Menguping acara pengajian di rumah pamanya seorang bupati demak. (Pangeran Ario Hadiningrat). Kartini tertarik kepada materi yang sedang diberikan, tafsir Al-Fatihah, oleh Kyai Haji Muhammad Sholeh bin Umar, sehinga setelah selesai pengajian langsung Kartini menemui Kyai Sholeh ..) Dari kritikan kartini itulah akhirnya , Kyai Sholeh tergugah untuk menterjemahkan Al-Quran ke dalam bahasa Jawa. Pada hari pernikahan Kartini, Kyai Sholeh menghadiahkan kepadanya terjemahan Al-Quran (Faizhur Rohman Fit Tafsiril Quran). Kartini begitu bersemangat dan mulai mempelajari Islam dalam arti yang sesungguhnya... dgn demikian kartini semakin tercerahkan akan Islam, betapa indahnya Islam itu, betapa bahagianya Kartini mempelajarinya. “Astaghfirullah, alangkah jauhnya saya menyimpang” (Surat Kartini kepada Ny. Abendanon, 5 Maret 1902). “Moga-moga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat umat agama lain memandang agama Islam patut disukai.” (Surat Kartini kepada Ny. Van Kol, 21 Juli 1902). Dan Saat mempelajari Al-Islam lewat Al-Quran terjemahan berbahasa Jawa itulah Kartini menemukan dalam surat Al-Baqarah: 257, bahwa Allah-lah yang membimbing orang-orang beriman dari gelap kepada cahaya (Minazh-Zhulumaati ilan Nuur)., Kartini terkesan dengan kata-kata Minazh-Zhulumaati ilan Nuur yang berarti dari gelap kepada cahaya. Karena Kartini merasakan sendiri proses perubahan dirinya, dari pemikiran tak-berketentuan kepada pemikiran hidayah. Dalam banyak suratnya sebelum wafat, Kartini banyak sekali mengulang-ulang kalimat "Dari Gelap Kepada Cahaya" ini. Karena Kartini selalu menulis suratnya dalam bahasa Belanda, maka kata-kata ini dia terjemahkan dengan "Door Duisternis Tot Licht" telah kehilangan maknanya, karena diterjemahkan oleh Armijn Pane dengan istilah “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Selain semangat kartini dlm mempelajari islam seprti uraian diatas. Cita2 luhur kartini lainnya yaitu agar kaum wanita untuk mendapatkan kesetaraan gender dibidang pendidikan, menginginkan kaum wanita menjadi seorang perempuan yang cerdas, dan mau berjuang untuk kebaikan sesamanya.

Hakikat Emansipasi Kartini

Kartini mengalami sejarah panjang dalam kehidupannya. Namun yang nampak di masyarakat hanyalah satu isu, bahwa Kartini memperjuangkan emansipasi. Emansipasi yang umum dipahami adalah yang mengarus pada usaha kesetaraan wanita terhadap laki-laki dalam segala bidang. Padahal, sebuah penggalan surat Kartini pada Prof. Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1902, mematahkan itu semua.  “Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama. [Surat Kartini kepada Prof. Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1902]. Hal Ini sering di salah artikan, banyak wanita saat ini yang kerap mengartikan emansipasi secara salah kaprah sehingga kadang mengorbankan kemulyaan wanita itu sendiri. Jauh sebelum barat memplokamirkan emansipasi wanita, islam telah lebih dahulu mengangkat derajat wanita dari masa pencapakan di era jahiliah ke masa kemuliaan wanita. Dengan datangnya Islam.. kaum wanita terangkat derajatnya ke puncak keangungan. Menjadikannya tiang negara dan meletakkan surga di bawah telapak kakinya. Demikianlah gagasan sebenarnya dari seorang Kartini. Gagasan ini bermuara pada satu hal pasti, kesadaran. Kartini menyadari dan ingin menyadarkan kaum wanita di seluruh negeri ini akan kewajiban menimba ilmu bagi wanita. Namun, menimba ilmu di sini berada pada koridor tepat pengaplikasiannya, yakni untuk mempersiapkan generasi peradaban. Pepatah mengatakan, wanita adalah tiang negara. Maka upaya mencerdaskan wanita dalam suatu negara adalah tanggung jawab setiap elemen negeri.

Islam memberlakukan kesetaraan bagi laki-laki dan perempuan dalam hampir semua aspek kehidupan. Sebuah hal baru yang sebelumnya tidak dikenal di panggung sejarah mana pun. Kebebasan baru diperoleh kaum perempuan untuk belajar, berinteraksi sosial, mendapatkan warisan, termasuk dalam mencari penghidupan dan memiliki kekayaan sendiri. Jauh berbeda dengan era sebelum datangnya Islam di .Jazirah Arab dan sebagian besar belahan dunia , Harkat dan martabat manusia diukur dari seberapa kuat adan kayanya seseorang... Perempuan, yang menempati posisi terlemah dalam kehidupan masyarakat, berada dalam posisi terendah strata sosialnya. Keberadaannya seniali dengan harta dagangan yang bisa diperjualbelikan dan diwariskan, bahkan kelahirannya dianggap sebagai sebuah aib yang perlu ditutupi. Maka penguburan hidup-hidup bayi perempuan yang baru lahir menjadi pemandangan lumrah dalam kehidupan masyarakat Arab...
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin[1218], laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.(Al-Ahzab : 35)”. Dari ayat diatas kita bisa melihat betapa islam tidak membedakan antara wanita dan laki-laki, semua sama dihadapan Allah Ta’ala, yang membedakan adalah mereka yang paling tinggi taqwanya. Beberapa perbedaan kecil yang diberlakukan bagi laki-laki dan perempuan tidak lain merupakan anugerah dari sifat Rahman dan Rahimnya Sang Khalik, yang maha memahami batas maksimum masing-masing ciptaan-Nya.dan hanya yang terbaiklah yang dianugerahkan Allah kepada hamba-hamba-Nya, meski terkadang anugerah tersebut diterima dengan salah sangka..
Firman Allah, ”Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. Karena, bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan juga ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS An-Nisa 32).

Hari ini 21 april kita peringati sebagai Hari Kartini..tentunya masing-masing orang punya pendapat tentang Makna Hari Kartini, dan sudah tentu mengarah pada makna yang postif, yang bisa membuat rasa nasionalisme kita ada dan tumbuh ....Semoga Semangat R.A kartini bisa menjadi Inpirasi kita semua..

Wassalammualaikum, Salam dakwah :D

0 komentar:

Posting Komentar