Air mata yang mengalir melintasi kedua pipi merupakan gambaran perasaan hati seseorang. Itulah yang disebut dengan menangis. Suatu hari Aisyah RA menangis, lalu ditanya oleh Rasulullah SAW, “Apa yang menyebabkanmu menangis, wahai Aisyah?” Ia menjawab, ‘Setiap kali teringat neraka, aku selalu menangis. Apakah engkau ingat kepada keluargamu di hari kiamat nanti wahai Rasulullah?’
Rasulullah SAW bersabda, “Ada tiga tempat di mana manusia tidak akan teringat kepada sesamanya. Pertama, ketika kitab catatan amal manusia diterbangkan, di waktu itu seseorang tidak tahu apakah kitab itu diberikan dari arah kanan atau kirinya? Kedua, ketika ditegakkan timbangan amal (mizan) sehingga seseorang mengetahui berat atau ringan timbangan amal baiknya. Ketiga, ketika berada di jembatan penyeberangan (as-shirat) sehingga seseorang mengetahui apakah dia berhasil atau malah terperosok ke dalam api neraka.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menyebutkan sebab-sebab seseorang menangis: menangis karena kasih sayang; karena takut; karena cinta; karena gembira; karena cemas; karena sedih; karena merasa hina; karena kemunafikan; karena pamrih; karena ikut-ikutan; dan menangis karena sebab yang lainnya.
Sedangkan menangisnya Aisyah RA tersebut merupakan tangisan yang berasal dari suara hati karena dorongan iman, lalu diwujudkan dengan tindakan. Inilah tetesan air mata yang akan mampu memadamkan panasnya samudera api neraka.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah mata seseorang meneteskan air mata kecuali Allah akan mengharamkan tubuhnya dari api neraka. Apabila air matanya mengalir melintasi pipi maka wajahnya tidak akan terkotori oleh debu kehinaan. Apabila seseorang pada suatu kaum menangis, maka kaum itu akan dirahmati. Tidaklah ada sesuatupun yang tidak mempunyai kadar dan batasan kecuali air mata, sesungguhnya air mata itu dapat memadamkan lautan api neraka.”
Dalam sabdanya yang lain, “Ada dua bola mata (manusia) yang tidak akan tersentuh oleh api neraka, mata yang menangis di waktu malam hari karena takut kepada Allah dan bola mata yang menjaga pasukan fi sabilillah di malam hari.”
Sedangkan sesuatu yang dapat menyelamatkan diri dari perbuatan dosa adalah rasa takut kepada Allah akan azab api neraka. Rasa takut ini yang mendorong seseorang untuk selalu menghindar dan berhati-hati terhadap amalan yang dimurkai Allah SWT.
Karena itu, Ali bin Abi Thalib berpesan, ”Wahai anak Adam, janganlah kalian merasa bangga karena kekayaan, jangan berputus asa karena kefakiran, jangan merasa sedih karena cobaan, dan janganlah kalian berbahagia karena kelapangan. Sesungguhnya bagi orang saleh itu semua adalah cobaan. Kalian tidak mungkin dapat menggapai apa yang kalian idam-idamkan kecuali dengan cara menahan hawa nafsu. Sekali-kali kalian tidak akan meraih apa yang kalian cita-citakan kecuali kalian bersabar terhadap apa yang kalian benci. Maka curahkanlah potensimu dalam menjalankan kewajiban Allah atas dirimu.”Wallahu a’lam.